Powered By Blogger

Kamis, 05 Februari 2015


Kata Mutiara Kristiani

Games: Gembala dan Domba-domba-Nya

Games: Gembala dan Domba-domba-Nya

Tujuan
Mengingatkan kita bahwa gembala yang baik mengenal domba-domba-Nya. Seperti halnya Tuhan Yesus, Gembala kita yang baik, mengenal kita, domba-domba-Nya (Yoh. 10:14).
Persiapan
1. Sebuah sapu tangan.
2. Para pesertanya adalah anak-anak, remaja, atau pemuda.
3. Jumlah peserta tidak terbatas.
4. Permainan dapat diadakan di dalam atau di luar ruangan.
5. Seorang dari antara peserta ditunjuk sebagai pemimpin permainan.
Cara bermain
1. Seseorang dari antara peserta dipilih (atau siapa saja yang rela) untuk menjadi \"gembala\" dan kemudian diminta maju ke depan.
2. Lalu matanya ditutup dengan sapu tangan.
3. Semua peserta yang lain diumpamakan dengan \"domba\" dan mereka berjongkok di tempat yang berbeda-beda tetapi jangan terlalu berjauhan.
4. Pada waktu pemimpin permainan memberi aba-aba kepada gembala untuk mencari domba-dombanya, ia harus meraba-raba setiap domba.
5. Domba yang tersentuh harus mengembik, tetapi suaranya boleh dibuat-buat sehingga gembala tidak dapat menebak suaranya.
6. Tugas seorang gembala ialah berusaha mengenali suara itu.
7. Bila ia tidak dapat menyebutkan nama domba tersebut, ia harus mencari lagi domba-domba yang lain sampai ia dapat menyebutkan dengan benar nama domba yang disentuhnya.
8. Orang yang berhasil disebutkan namanya, harus menjadi gembala untuk menggantikannya.

Bahan Kreativitas Sekolah "Pencobaan di padang gurun"

Bahan Kreativitas Sekolah "Pencobaan di padang gurun"

Hari Minggu Prapaskah I
Bacaan : Matius 4 :1-11
Tema Kreativitas : Pencobaan Di Padang Gurun



Selamat pagi…adik-adik….
Siapa di sini yang sebelum berangkat sekolah minggu sudah makan?
Coba kita hitung dalam sehari , kita makan berapa kali ya…? (makan pagi, makan siang, makan malam…)
Kita makan setiap hari supaya apa sih…? (supaya kita kuat dalam beraktivitas)
Pernah tidak ya…dalam satu hari kita tidak makan dan minum?  Kalau kita sehari tidak makan dan minum badan kita kuat apa lemas ya…? Apa lagi jika kita tidak makan dan minum selama beberapa hari…
Tau tidak adik-adik…Tuhan Yesus dulu juga berpuasa selama 40 hari, tidak makan dan minum sama sekali… Tuhan Yesus berpuasanya tidak di rumah, namun di padang gurun… Coba kita bayakangkan ya, tidak makan dan minum lalu tempatnya di padang gurun…Padang gurun jika siang tentu sangat panas dan jika malam tentu sangat dingn…  selama 40 hari Tuhan Yesus berpuasa, dan saat hari terakhir, saat badan sudah lemas dan ingin sekali makan…datang ibils untuk  mencobai Dia. Ibils datang dengan membawa sebongkah batu, lalu katanya : "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Lalu jawab Yesus apa ya…adik-adik? Apakah Yesus menurutu perkatan Iblis tadi? (tentu tidak). Yesus menjawab : Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Iblispun lalu tidak menyerah untuk terus mencobai Yesus, lalu Yesus dibawa ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah. alu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Lalu jawab Yesus apa adik-adik? Apakah mau menuruti iblis? (tentu tidak). Jawab Yesus.. "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Iblis tak langsung menyerah dan pergi, tuk yang terakhir kalinya iblis mencobai Yesus dengan membawaNya  ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, lalu katanya : "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Lalu sesudah itu iblis takut dan pergi dari hadapan Yesus, dan datanglah malaikat-malaikat untuk melayani Yesus.
Siapa tadi yang mendengarkan ceritanya…? Ada berapa kali Yesus dicobai oleh iblis? (ada tiga)
Iya ada tiga…. Ayo siapa yang bisa menyebutkannya… ?
Yang Pertama : merubah batu menjadi roti
Yang kedua : Menjatuhkan diri di atas bumbungan bait Allah
Yang ketiga : Sujud menyembah iblis
Semua yang ditawarkan oleh iblis, sama Tuhan Yesus semua ditolaknya…
  Mari kita menyanyikan lagu :
Dalam nama Yesus...dalam nama Yesus
ada kemenangan
Dalam nama Yesus...dalam nama Yesus
Iblis dikalahkan
dalam nama Tuhan Yesus
siapa dapat melawan
dalam nama Tuhan Yesus ada kemenangan..
hei..kau setan dalam nama Yesus
angkat senjatamu dan pergi
karna Yesus tlah beri kuasa
untuk melawanmu
 Dalam nama Tuhan Yesus
siapa dapat melawan
Dalam nama Tuhan Yesus ada kemenangan
Yuk tuk mengingat pesan-pesan apa saja yang diperintahkan oleh Yesus, lewat tiga pencobaan tadi, kita akan buat hiasan gantung. Hiasan gantung yang berisi pesan-pesan dari Tuhan Yesus.
Penjelasan masa pra paskah:
Adik-adik siapa yang kemaren hari rabu diberi tanda berupa abu di dahinya…? Rabu abu itu merupakan tanda dimulainya masa pra paskah, seperti Tuhan Yesus yang dicobai selama 40 hari, kita sebagai pengikutnya juga sama. Kita masuk dalam masa pertobatan kita selama 40 hari sebelum kita menyambut hari raya Paskah. Selama 40 hari, kita akan menjalani  masa pra paskah dengan aksi puasa bagi yang sudah wajib tuk berpuasa dan berpantang bagi yang sudah wajib berpantang. Kalau adik-adik disini boleh belajar mengisi masa pra paskah ini dengan mencoba berpantang. Misalnya pantang jajan. Biasanya sehari bisa jajan sampai 10 ribu. Saat hari jumat tidak jajan sama sekali, lalu uangnya kita masukan dalam kotak app yang telah kakak-kakak bagikan. Alangkah baiknya juga bukan hari jumat saja, namun setiap hari kita kurangi uang jajan kita, untuk kita sisihkan dan kita masukan dalam kotak app. Uang yang terkumpul dari kotak app itu nantinya akan digunakan untuk membantu saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan bantuan. Adik-adik mari kita jalani masa pra paskah selama 40 hari ini dengan  semangat pertobatan ya… (mengurangi jajan, menghilangkan malas, tidak lagi cengeng, tidak lagi suka marah-marah, rajin belajar, rajin membantu orang tua dan masih banyak lagi hal yang dapat kita lakukan…)
Tetap semangat adik-adik…

Bahan Kreativitas Sekolah Minggu Februari 2015 PIA

Bahan Kreativitas Sekolah Minggu Februari 2015 PIA

Hari Minggu Biasa V Tahun Liturgi B/I
"Yesus menyembuhkan Ibu Mertua Petrus dan orang-orang lain"
Bacaan Markus 1: 29-39

cara berkreasinya :
sebelum memulai membuat kreativitas terlebih dahulu dibacakan cerita Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain. Selesai adik-adik mendengarkan cerita dari kakak pendamping. Lalu kakak pendamping membawa contoh plastik kantong obat (plastik tempat obat jika kita memeriksakan diri ke dokter. Jadi sebelum sekolah minggu kakak pendamping mencari bekas tempat obat, jika dulu pernah sakit)
Adik-adik siapa disini yang pernah sakit? Pernah disuntik? pernah tidur di rumah sakit? Wah rata-rata semuanya sudah pernah sakit ya...
supaya sakitnya sembuh biasanya orang tua kita membawa kita ke rumah sakit....membawa kita ke dokter....
(Lalu dengan membawa kantong plastik tempat obat, kita tanyakan ke adik-adik)... adik-adik....ada yang tau kakak pegang apa? ini biasanya tempat apa hayo.... (obat)
Biasanya kita dapat obat setelah kita diperiksa oleh dokter kan...
Dokter memberikan obat kepada kita,supaya kita lekas sembuh...dan bisa kembali beraktivitas...

Hayo cerita tadi juga mengisahkan Yesus yang menyembuhkan Ibu mertua Petrus...bukan ibu mertua Petrus aja yang disembuhkan...tetapi orang-orang banyak juga ikut disembuhkan oleh Tuhan Yesus..
Hebat kan Yesus kita... Jika kita sakit, adik-adik selain kita diperiksa ke dokter, lalu minum obat, istirahat jangan lupa kita juga tetap harus berdoa kepada Tuhan Yesus ya. Kita percaya apapun sakit kita, jika kita berdoa kepada Tuhan Yesus...Tuhan pasti akan memberikan mukjizat kepada kita...asal kita berdoa dengan penuh iman dan kepercayaan. Yesus bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, minggu depan ceritanya Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta, di cerita lain Yesus menyembuhkan orang buta, orang lumpuh dan bahkan Yesus mampu membangkitkan orang yang sudah meninggal... sungguh luar biasa bukan Yesus kita... Makanya sebagai anak-anakNya jangan lupa kita berdoa saat sakit ya...
Kreativitas hari ini kita akan membuat plastik kantong obat....isinya obat saat kita sedang sakit...obatnya bukan pil, kapsul atau sirup ya..tetapi obatnya kertas doa. Doa yang diucapkan saat kita sedang menderita sakit.

Alat Peraga untuk cerita Sekolah Minggu "Yesus membangkitkan Anak Muda di Kota Nain"

Pada Suatu hari Tuhan Yesus pergi ke kota Nain, bersama para murid, ikut pula orang banyak berbondong-bondong mengikutiNya. Tiba di dekat gerbang kota, Tuhan Yesus berjumpa dengan orang banyak yang hendak menguburkan seorang anak laki-laki, anak tunggal ibu seoarang janda. Saat Yesus melihat janda itu, tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan. lalu Ia berkata kepadanya : " Jangan menangis..."

Kemudian Yesus menghampiri usungan itu, dan Ia menyentuhnya sambil berkata : "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah..."
maka bagunlah anak muda itu, lalu duduk. dan mulailah berkata-kata. semua orang yang ada disitu ketakutan dan mereka memulikan Allah sambil berkata : "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita dan Allah telah melawat umatNya. mulai saat itu tersiarlah kabar tentang Yesus diseluruh Yudea dan diseluruh daerah sekitanya.
Yuk buat sendiri.... ini gambarnya....:

Selibat, bentuk solidaritas orang yang terpinggirkan

Pengantar

Selibat adalah sebuah bentuk panggilan hidup. Dalam konteks ini selibat memiliki makna penyerahan hidup, pembaktian hidup yang murni dan total kepada Tuhan demi Kerajaan Allah. Pembaktian hidup yang murni dan total terwujud dalam hidup tidak menikah demi Kerajaan Allah. Hal tersebut menegaskan pada makna kanon 599 yang berbunyi: “Nasihat Injili kemurnian yang diterima demi Kerajaan Allah, yang menjadi tanda dunia yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi, membawa serta kewajiban bertarak sempurna dalam selibat”. Apakah selibat masih relevan di jaman ini? Dengan kata lain apakah panggilan hidup membiara atau panggilan hidup menjadi imam di jaman ini masih memiliki daya tarik bagi kaum muda? Apa makna selibat bagi orang yang terpinggirkan yang merupakan opsi pilihan Gereja Katolik?

Selibat dan hidup yang dibaktikan

Merujuk pada kanon pembuka bagian III tentang Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan dari KHK 1983, yakni kanon 573 § 1, yang berbicara tentang apa itu tarekat hidup bakti (La Vita Consecrata), kita dapat menelusuri makna selibat dalam kaitannya dengan Hidup yang dibaktikan. Kanon 573 § 1 menyatakan bahwa “hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat Injil adalah bentuk hidup yang tetap dengannya orang beriman, yang atas dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai…”. Dari pernyataan itu dapatlah ditarik makna selibat pada umumnya merupakan pilihan hidup yang dibaktikan demi Kerajaan Allah (bdk. Mat. 19:12). Kata dibaktikan (consecrare) mempunyai arti luas bisa menguduskan, menakdiskan, menarik diri dari dunia dan secara khusus diperuntukan bagi Allah (bdk. LG, 44; VC, 30). Tujuan dari hidup selibat dalam kaitannya dengan pilihan hidup yang dibaktikan adalah mengikuti Kristus secara lebih dekat (pressius), semuanya itu karena motivasi yang didorong oleh kuasa Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, kehidupan selibat tidak akan tercapai dengan sempurna. Selain itu tujuan hidup selibat dalam konteks hidup yang dibaktikan adalah persembahan diri secara total kepada Allah yang dicintainya. Jadi selibat adalah sebuah karunia rahmat istimewa yang diberikan kepada seseorang yang terpanggil mengikuti Kristus secara lebih dekat.

Selibat bentuk solidaritas

Nasihat Injil tentang kemurnian yang tidak lain adalah selibat diterima demi kerajaan Allah, menjadi tanda dunia yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi…(bdk. kan. 599). Karunia rahmat istimewa yang diberikan kepada orang selibater secara istimewa pula membebaskan hati manusia (bdk. 1 Kor 7:32-35), supaya hatinya berkobar mencintai Allah dan semua orang. Maka pilihan hidup yang demikian itu merupakan tanda yang amat khas, harta surgawi bagi kaum selibater yang membaktikan hidupnya bagi Allah dan kerasulan Gereja (bdk. PC, 12). Kebebasan hati tidak terikat oleh siapapun dan apapun karena hidupnya diserahbaktikan kepada Allah menjadi bentuk solidaritas bagi mereka yang bernasib kurang beruntung. Tanda solidaritas dari orang selibater itu nyata dalam sikap lepas bebas pada hal-hal duniawi dan melulu perhatian hidupnya bagi Allah dan sesama. Di bumi Indonesia ini banyak orang yang terpinggirkan, baik oleh karena hidupnya yang kurang beruntung maupun secara struktural terpinggirkan oleh kekuasaan. Mereka adalah kaum anawim seperti keluarga kudus di Nazareth: Maria, Yusuf dan Yesus sendiri. Hidup keluarga kudus di Nazareth selalu di bawah bayang-bayang tekanan penguasa sehingga berkali-kali harus mengungsi dan terpinggirkan. Mereka yang tergolong orang terpinggirkan adalah orang miskin, gelandangan, pemulung, kaum buruh dengan gaji rendah dan lainnya. Mereka terpinggirkan karena tekanan ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan hidup keagamaan.

Relevansinya di zaman sekarang

Tentang hidup selibat, tantangan pertama datang dari kebudayaan hedonisme yang meceraikan seksualitas dari norma moral obyektif, yang menempatkan seksualitas sebagai kesenangan atau kenikmatan semata-mata tanpa melihat aspek rohaninya. Hidup selibat di jaman sekarang justru memiliki sifat profetis bagi kebudayaan hedonisme. Hidup selibat menyajikan kepada masyarakat zaman sekarang bahwa teladan hidup murni demi kerajaan Allah itu menampakan: (1) keseimbangan dan penguasaan diri, (2) bentuk solidaritas bagi orang yang terpinggirkan, (3) kematangan psikologis dan afektif. Maka di zaman sekarang hidup selibat menjadi kesaksian tunggal kehadiran Allah di dunia yang dibelenggu oleh kenikmatan seksual (bdk. PC, 12; VC, 88). Oleh karena itu, kehidupan selibat (kemurnian) yang diperuntukan bagi Allah tetap relevan dan memiliki daya tarik bagi kaum muda yang mendambakan kebebasan hati untuk mengabdi kepada Allah dan sesama manusia secara total dan utuh.

Penutup

Di dunia sekarang yang sering menimbulkan kesan bahwa orang sudah tidak melihat lagi tanda-tanda kehadiran Allah lagi, kesaksian hidup selibat semakin diperlukan untuk menegaskan Allah hidup di tengah-tengah umatnya terutama mereka yang mendambakan pembebasan hati, terlebih mereka yang terpinggirkan. Dengan hidup selibat, mereka menjadi tanda hidup masa depan langit baru dan bumi yang baru (bdk. Wahyu 21:1). Hidup selibat yang dijiwai oleh semangat lepas bebas dari ikatan dan pembaktian hidup secara murni kepada Allah menjadi dorongan yang berharga bagi kaum selibater untuk selalu solider dengan orang yang terpinggirkan yakni kaum miskin dan tertindas.

Merajuk pada kebenaran

1. Anak sebagai subyek.

Anak sebagai pribadi yang berharga dan unik adalah subyek pembinaan. Maka anak harus menjadi fokus reksa pastoral. Yang dimaksud dengan anak disini adalah anak usia dini dan usia Sekolah Dasar (0 – 12 tahun).

2.  Anak dalam tahap-tahap pembinaannya.

Dalam usaha pembinaan iman anak,  kita harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan karakteristik dan konteks sosial budayanya.  Perlu kiranya diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh secara dominan dalam perkembangan anak yakni: keluarga, sekolah, teman sebaya dan kemajuan teknologi khususnya media.

3. Keluarga

Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica), tempat penyemaian dan pengembangan iman anak untuk menjadi manusia seutuhnya. Anak dihantar dan dibimbing ke arah iman dewasa (ada keseimbangan antara pengetahuan dan penghayatan iman). Oleh karena orangtua adalah mitra Allah dalam karya penciptaan manusia baru, maka harus menjadi pembina utama dan pertama serta tak tergantikan, melalui kesaksian dan keteladanan hidup kristiani sejati yang diwujudkan dengan pemberian kasih sayang yang tulus, adil dan arif bijaksana (bdk.LG 11; GE 3; FC 50).

4. Pembina iman anak

Pembina iman anak yang utama dan pertama adalah orangtua. Dalam pelaksanaannya, orangtua bekerja sama secara sinergis dan seimbang dengan para pembina iman anak di sekolah, di paroki dan di masyarakat. Pembina iman anak harus memperhatikan martabat dan hak-hak anak.


Mother Teresa